Rabu, 08 Agustus 2012

HMY Bambang Sujanto* :Kuncinya Sabar dan Pasrah




Oktober nanti usia saya genap 65 tahun, lebih dua tahun dari usia Rasulullah Saw. ketika meninggalkan umatnya. Bagi saya, dua tahun merupakan anugerah Allah untuk terus menebus dosa yang telah saya lakukan. Yakni selama saya belum memeluk Islam hingga ketidak taatan saya selama memeluk agama ini.
Masih teringat 34 tahun ketika tidak ada perbedaan antara hitam-putihnya kehidupan. Antara sahabat dan lawan, semua tidak jelas, hari ini bersahabat besok menjadi musuh. Saya mengalami masa pahit itu. Kebimbangan dan kegundahan menyelimuti hati.
Saat itulah saya bertekad mencari jati diri. Dari perjalanan dari waktu ke waktu, akhirnya saya temukan Islam, pada usia ke 31 saat itu, saya resmi mengucapkan dua kalimat syahadat. Kehidupan barupun dimulai.
Banayak cobaan yang saya alami. Namun banyak juga hikmah yang saya dapatkan. Setiap persoalan yang datang menyadarkan bahwa itu buah perbuatan saya. Mencoba bersabar dan pasrah kepada Allah. Hanya itu jalan yang bisa saya lakukan. Hasilnya ketenangan bathin semakin terbentuk. Keyakinan memeluk Islam semakin kuat.
Perjalanan berat tidak terasa. Sebab semua saya serahkan kepada Allah.  Saya meyakini selama manusia dekat kepada-Nya, Dia pun akan mendekati kepada kita. Itu sudah saya buktikan. Persoalan duniawi saya tinggalkan kemudian memantapkan diri dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Nya. Sebuah ketenangan yang saya dapatkan
Terutama dalam bulan puasa, yakni bulan pembelajaran pembentukan jatidiri manusia. Saya menganggapnya seperti itu. Dalam bulan puasa, manusia mengevaluasi diri. Seberapa besar kesalahan yang yang diperbuat. Sebarapa dosa yang ditumpuk dari hari ke hari, dan seberapa ingat dia kepada Allah. Masih pantaskah dosa-dosanya diampuni. Semua dievalusasi dalam bulan puasa.
Saya menikmati itu. Lapar dan dahaga memang terasa berat, tapi saya yakin ada hikmah dibalik semua ini. Saya temukan jatidiri seorang Bambang Sujanto. Jika dahulu emosi sering mengalahkan logika, kini berbalik. Dari logika emosi bisa terkendali. Kuncinya bersabar dan pasrah kepada Allah.
Emosi hanya berujung pada egoisme seseorang. Wujudnya menyalahkan orang lain untuk membenarkan diri sendiri. Saya sangat menyadari sikap itu sangat buruk. Kini saya tidak lagi menyalahkan orang lain karena diri ini belum tentu benar. Apapun yang terjadi saya menyalahkan diri sendiri.
Sepintas terlihat hina, namun kenyataannya sebaliknya. Banyak orang yang segan dan hormat dengan sikap yang seperti ini. Mengalah tidak untuk kalah, tapi mengalah untuk menang. Allah menempati janji-Nya. Ketika manusia dekat kepada-Nya, Dia pun dekat kepada kita. Saya pun menjadi lebih tenang. Urusan duniapun berjalan  lancar tanpa masalah.
 Selain mengenal diri sendiri, dari Islam umat bisa dipersatukan. Bulan puasa menjadi moment yang tepat. Berbagi berasama saat berbuka. Rutinitas itu saya jalankan di masjid kesayangan, Masjid Muhammad Cheng Ho. Semua berkumpul dan berbaur. Pengusaha, pekerja, fakir dan miskin makan bersama. Tidak ada perbedaan.
Seperti itulah wajah umat yang sebenarnya. Di padang Mahsyar nanti semua berbaur tanpa membawa apapun. Hanya amal perbuatan dan ketaqwaan yang menyertai. Dari situlah Alllah menilai, mana hamba yang taat dan mana hamba yang laknat. Masya Allah, saya hanya bisa istighfar, saya merasa ketkwaaan ini masih kurang dan selalu kurang.
 Namun saya tidak mau putus asa. Allah Maha Mengetahui apa yang dilakukan hamba-Nya. Terus beristighfar dan berdoa. Itu yang saya lakukan. Memohon ampun atas dosa yang pernah saya buat. Selain itu saya berharap kerukunan umat terus terjalin.  Bukan hanya kerukan sesama umat, melainkan juga dengan umat lainnya.
Saya bersyukur, disepanjang usia ini telah terwujud masjid tempat berkumpulnya banyak umat. Bukan hanya umat Islam. Umat lain yang turut berkumpul di masjid ini (Ceng Ho). Dari berkumpulnya mereka, datang rahmat berupa dibukanya pintu hati banyak orang. Tidak jarang dari masjid itulah lahir mualaf-mualaf baru. Baik dari kalangan Tionghoa maupun etnis Jawa.
Harapan terus mengalir. Semoga apa yang saya lakukan mendapat ridla Allah. Dengan demikian ketaqwaan semaikn ditingkatkan dan kerukunan umat semakin terwujud.
__________________________
*Adalah penggagas dan pendiri Masjid Cheng Ho Surabaya. dan Penasehat YPI Hidayatul Mubtadiin Tasikmadu Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar