Tasikamdu. Alhamdulillah acara tersebut berjalan lancar dan sukses didukung oleh cuaca yang cerah setelah diguyur hujan berhari hari. Keberhasilan dan kesuksesan acara ini bisa dilihat dari jumlah pesertanya yang begitu banyak dan dari ragam suguhan Gunungan Tumpeng dan arak arakan (karnaval/pawai) budayanya.
Grebeg merupakan uapacara keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat yang dilakukan oleh Sunan Kalijogo samapai tradisi skaten Kraton Ngayugyokarto Hadiningrat hingga sekarang. Grebeg secara harfiaha merupakan kegiatan yang _gumebreg_ (ramai dengan suara hentakan kaki), _gemebyar_ ( ramai dengan ragam penampilan) yang membuat masyarakat senang menyambut kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Sehingga apa yang kita lakukan adalah perwujudan dari umat Kanjeng Nabi yang selalu meniru laku kepribadian beliau baik dari _qoulan, wa fi'lan_ nya sebagai uswah khasanah dalam menuntut kehidupan umatnya agar tidak tersesat jalan dan bisa kebagian syafaatnya _fi yaoumil qiyamah._ Oleh karenanya keberhasilan tersebut harus kita sandarkan kepada sejauh mana keikhlasan kita untuk meneladani junjungan kita Kanjeng Nabi Muhmmad Saw.
Grebeg Mulud yang sudah diwulangakan oleh Raden Said (Sunan Kalijaga) kala itu sebagai sarana dakwah sekaligus membangun harmonisasi hubungan antara agama, rakyat dan kerajaan (pemerintah) serta menancapkan model dakwah kultural ala Sunan Kalijogo pada nusantara tercinta merupakan ikhtiar untuk mengislamkan masyarakat dan kerjaan secara bersamaan.
Kemarin apa yang jadi _piwulang_ Sunan Kalijogo tentang Grebeg Mulud telah kita praktikan di tengah masayarakat dan "krajan" Tasikmadu sebagai manifestasi dakwah kultural yang natural. Hidayatul Mubtadiin sebagai Pondok Pesantren harus bisa memberikan teladan keislaman yang ramah dan rahmah kepada masyarakat sehingga Hidayatul Mubtadiin akan menjadi inspirator dan rujukan tentang Islam yang rahmatan lil alamiin sekaligus mampu memainkan peran utamanya sebagai pengembang dan penyebar dakwah Islam.
Dengan demikian pesantren dan santrinya bahkan alumninya harus cerdas dan trampil dalam pemahaman dan praktik keagamaannya. Literatur keagaman yang tersurat dalam dalam khazanah Kitab Kuning dan tersirat dalam tradisi keagamaan dari zama Kanjeng Rasul, Para Wali Songo dan Romo Kyai Agus Salim Mahfudz hendaklah menjadi pijakan yang kuat untuk menyemai nilai-nilai Islam ramah dan rahmah ditengah tergerusnya tradisi dan dakwah Islam oleh kuatnya gelombang informasi dan gerakan trans nasinal yang menebar Islam dengan watak pemarah dan intoleran.
Maknailah tradisi pesantren dengan kitab kuningnya, _sorogan_ sebagi model ngaji yang menjunjung nilai _ketawaduan_ dan _keta'diman_ kepada Sang Kyainya dan gurunya, dan Ziarah Wali Songo sudah menjadi bagian ajaran Islam ala nahdliyah harus kita jaga dengan sempurna, mungkin belum sempurna jadi santri kalo belum ziarah kemaqom para Wali dan Kyai sebagi sangu dakwah di masyarakat dan dunia maya.
Kita semua warga Tasikmadu adalah santri Romo Kyai yang sudah dibimbing langsung oleh Beliau pada majlis jum'at legi dan senin pon. Bagaimana Romo Kyai harus turun gunung dari mandito untuk ngaweruhi Islam di wilayah Tasikamdu secara istiqomah dan ramah tanpa harus menyudahi kearifan lokal yang sudah menata mereka.
_"Rul enggane Abahmu (Gus Fud) esih sugeng mirsani ngene, jelas Abah sweneng"_ bisik Ibu Nyai ke saya disela-sela menyaksikan suguhan grebeg mulud oleh santri, murid, arek yatim dan masyarakat Tasikamdu di pangung kehormatan yang didampingi Pak Camat, Pak Lurah dan Tokoh agama.
Alhamdulillah kemarin lebih dari 71 kafilah (regu) mengayubagyo Grebeg Mulud yang terdiri dari santri pondok, Madarasah dilingkumgan YPI HM (PAUD.RA.MI.MTS.MA), Lembaga pendidkan di lingjup kelurahan Tasikmadu dan 34 RT dari 6 RW sekelurahan Tasikmadu, tercatat ada 28 Gunungan tumpeng Nasi dan Sayur hasil bumi serta jajan pasar dan jajan toko, dan 43 tampilan budaya. Sebagai gambaran sederhana bahwa peserta/kafilah
Grebeg Mulud pertama sudah nyampe finish di lapangan pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin sementara masih ada puluhan kafilah dari RW 6 dan RW 3 yang masih menunggu antrian pemberangkatan yakni dari start Halaman Kampus ITN 2 Tasikmadu yang berjarak kurarang lebih 2 km dari Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadii Tasikamdu sebagai tempat finish dan puncak acara Grebeg Mulud tersebut.
Acara Grebeg Mulud yang dimulai pukul 08.00 wib dengan persiapan peserta mulai pukul 6.30 diberangkatkan langsung oleh Bapak Camat Lowokwaru (Imam Subadar, M.Si) yang mewakili Walikota Malang didampingi oleh Bapak Lurah Tasikaamdu (Drs. Sunarka) setelah sambutan ketua panitia Asrul Anan.M.PdI . Acara diakhiri dengan _rembutan_ (pembagian) gunungan tumpeng kepada masyarakat setelah srokalan dan pembacaan Doa oleh Gus H. Abdul Hamid salah satu pengasuh pesantren Hidayatul Mubtadiin Tasikmadu.
Keunikan dari Grebeg Mulud adalah suguhan acara yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya, karena acaranya digelar pada bulan maulid yang secara otomatis sebagi peringatan maulid Nabi Saw yang cukup kolosal dangan banyaknya Gunungan Tumpeng dan pengaraknya sebagai pengisi acaranya dan insya Alloh belum dimiliki dan dilakukan oleh masyarakat Malang kucecwara kecuali di Kraton Ngayugyokarto Hadiningrat.
Disaat masyarakat yang lain ramai dengan acara karnaval 17 an, bersih desa dan suroannya kami hadlir dengan Grebeg Mulud di bulan Robiul awal atau masyarakat jawa menamai dengan wulan mulud yang menyandarkan pada bulan kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad Saw dengan puncak acaranya adalah Bersholawat Bersama dengan Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf dan Ahbabul Mustofa dari Solo sebagi ikon Hidayatul Mubtadiin dan Tasikmadunya.
Saya pun sadar grebeg mulud kemarin masih ada yang harus kita sempurnakan dan kita benahi, namun yang melegakan bagi saya adalah ketika begitu ramai gemrebeg dan gemebyarnya barisan kafilah melewati Jln KH Yusuf berbarengan dengan kumandang Adzan dluhur, dalam sekejap semua barisan berhenti dan sound system dimatikan
mengormati kumandang Adzan seperti ada yang mengomando padahal tidak, karena sound system Mc lebih lirih dibandingkan dengan lantunan sholawat dan lagu pada sound system mobil masing masing regu yang begitu gembleger, namun ini dilakukan dari kesadaran masyarakat sendiri..coba kalo pada konser musik, ada suara adzan paling cuma lewaaaat...setidaknya sisi dakwah kuktural ini sudah bisa menggigit nadi keagamaan masyarakat kita untuk tidak lupa sembahyangnya.
Dakwah sangat butuh pada keajegan dan keistiqomahan seperti yang diajarkan Romo Kyai, masih ada waktu untuk kita berbenah menyiapkan suguhan serupa pada tahun tahun yang akan datang karena grebeg mulud ini sudah didaftarkan di Dinas Pariwisata Kota Malang sebagai agenda tahunan.
Atas nama Panitia kami sampaikan selaksa
terimakasih kepada seluruh masyarakat Tasikamdu pada khusunya dan masyarakat pada umumnya yang telah membantu sukses terselenggaranya acara Grebeg Mulud ini baik secara tenaga dan dana spesial kepada dulur-dulur Panitia dengan keikhlasan dedikasi dan kekompankannya, JSP Comunity (Jamaah SeninPon), Jamah Majlis Taklim Rodlotu Janah Ahad Pagi, Pak Camat dengan begitu semangat dan kekagumannya, Pak Lurah dengan kerjasamanya dan Para Ketu RW dan RT
sekelurahan Tasikamdu yang begitu semangatnya wabilkhusus kagem Ibu (Nyai) dengan bantuan, bimbingan dan arahnnya serta kegembiraan dan sumringahnya pada Ibu Ketua Yayasan sebagai pandeganya. Insya Alloh amal kita semua sebagai penguat gapean syafaat pada junjungan Kita Kanjeng Nabi Muhammad Saw di akhirat kelak..amiin
Semoga Grebeg Mulud kemarin bisa mengobati kerinduan yang teramat dalam akan keberadaan Romo Kyai ditengah tengah kita santrinya, alumninya dan masyarakat Tasikamdu dan sekitarnya... _lahul fatihah..._