Kamis, 21 Juni 2012

HARLAH XXV ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN

Oleh: Asrul Anan,M.PdI

A. Iftittah
        Disadari atau tidak semua yang ada di dunia ini pasti berubah, lambat ataupun malah cepat perubahan itu akan terjadi, tidak terkecuali dalam ikhwal pendidikan,  perubahan dalam pendidikan itu sendiri bisa diawali dari paradigma, orientasi tujuan visi misi pendidikan itu sendiri bahkan pada tataran lingkungan pendidikan (masyarakat) pun malah akan  cenderung reaktif  membuka diri untuk mendorong terjadinya perubahan dalam pendidikan.
     Perubahan yang terakhir cukup menarik untuk kita diskusikan secara mendalam, bagaimanapun pendidikan akan berhasil apabila pendidikan bisa menyambung hasilnya pada masyarakat (stake holders), atau outcame  pendidikan bisa dipakai secara nyata dalam masyarakat dan lembaga yang menggunakknya. Dengan demikian output  pendidikan bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat akan keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri.
      Tidak dipungkiri bahwa dinamika peradaban manusia dari berkembangnya sains dan teknologi maupun budaya (at-turats) akan menaraik perhatian masyarakat untuk merubah paradigma (cara pandang) masyarakat terhadap pendidikan. Segmentasi idologi cukup mencengkeram terhadap pola pikir (mine set) masyarakat, baik idiologi dalam basis agama, politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya.  
      Pertama, segmentasi idologi  berbasis agama  (theologi), masyarakat cenderung memandang bahwa pendidikan adalah sebagai jalan penyelamat dalam hidupnya baik di dunia dan akhirat. Mereka hanya berorientasi bahwa pendidikan mampu menyelamatkan mereka dari kesesatan kehidupan dunia menuju akhirat. Tapi kalau dikaji secara mendalam orientasi tersebut merupakan tujuan yang mulia dari pendidikan itu sendiri, karena ada keseimbangan hidup yang selamat  di dunia dan akherat  (fii dunnia khasanah wa fil akhiroti khasanah)
      Kedua, segmentasi Idiologi politik, masyarakat memaknai pendidikan adalah sebagai ’juru selamat’ pada politik birokrasi  (jabatan) pragmatis yang mempunyai daya tawar (bargaining) pada posisi jabatan tertentu. Sehingga tidak jauh kalau pendidikan hanya diharapka mengantarkan mereka pada kedudukan tertinggi di birokasi dunia ini. bahkan tidak jarang yang memanfaatkan pendidikian demi misi politik sesaat mereka (politisasi pendidikan)
       Ketiga, pada segmentasi ideologi ekonomi, kebutuhan hidup manusia (masyarakat) sangat signifikan sekali dalam mempengaruhi masyarakat terhadap kehidupan ekonomi sabagai kebutuhan primer dalam kerajaan dunia ini. Pendidikan diukur dari bagaimana   bisa ’menolong” manusia (masyarakat) dari keterpurukan ekonominya, walau  kadang harus menomorduakan dimensi agama dan moral (akhlaq/ethic) sebagai karakter yang harus dibangun (caracter building-educatif)  pada masyarakat (pesertadidik).
       Keempat segmentasi budaya, pendidikan dipandang mampu membudayakan manusia karena sejatinya manusia adalah makhluk yang berbudaya, nilai nilai luhur dari cipta rasa dan karsa harus selalu diunggulkan dalam pembelajaran sehingga mampu mengungkap makna dasar dari manusia dan pendidikan itu sendiri. 
Lalu bagaimana dengan YPI Hidayatul Mubtadiin sebagai penyelenggara pendidikan ?

B. Harapan YPI Hidayatul Mubtadiin Tasikamsu Sebagai Penyelenggara Pendidikap
 
    Dasar  tujuan didirikan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Hidayatul Mubtadiin adalah  membantu  masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan formal yang sesuai dengan kemajuan zaman (berkeualitas) dengan biaya yang terjangkau (murah). Hal ini mengingat mayoritas santri di Pon-pes Hidayatul Mubtadiin adalah santri ngawulo yaitu: santri fakir-miskin-duafa yang kesejahteraan sampai biaya pendidikannya ditanggung oleh YPI Hidayatul Mubtadiin.
      Visi YPI Hidayatul Mubtadiin adalah menyelenggarakan pendidikan berwawasan keislaman yang salafy dengan menejemen modern yang khalafy (modern). Sedangka misi YPI Hidayatul Mubtadiian adalah mengembangkan nilai-nilai keislaman ahlussunah wal jamaah melalui pendidikan formal dan informal pada masyarakat yang berwawasan rahmatan lil alamiin
     Dari tujuan visi dan misi yang mulia di atas, mau tidak mau YPI Hidayatul Mubbtadiin harus mampu membuka diri dalam menyikapi paradigma perubahan masyarakat (social change) dan harapan masyarakat (social demand) demi memenuhi keinginan perubahan dan  kepercayaan masyarakat pada YPI Hidayatul Mubtadiin. Beberapa hal yang harus dibenahi oleh YPI Hidayatul Mubatdiin dan Lembaga Pendidikannya, yaitu, manajemen lembaga yang kuat dan accountabel, profesionalisme guru, pembelajarn yang berorientasi produktivitas siswa pada tujuan pembelaran dan pendidikan, sarana yang memadai dan menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) pada Yayasan dan lembaga pendidikan.
  1. Penguatan Manejemen Lembaga yang accountabel
Tanpa adanya manejeman yang kuat dan accuontabel keberlangsungan pendidikan akan sedikit banyak mengalami pasang surut pada aktivitas pendidikan dan pembelajaran, hal ini tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan memerlukan anggran (chost) yang cukup tinggi dalam penyelenggaraannya apalagi lembaga pendidikan dibawaha naungan non pemerintah, karena dengan amanat undang undang tentang 40 % (empat puluh persen)  anggaran pendidikan  juga belum bisa terelaisasi secara baik, pada kenyataannya lembaga pendidikan non pemerintah belum bisa meresap secara merata anggaran pendidikan seperti halnya dengan lembaga pendidikan negeri. Pendidikan gratis hanya berpihak pada lembaga pendidikan dibawah naungan pemerintah, pada hal penyelenggra pendidikan (lembaga) sama sama menjalankan amant Undang Undang Dasar 1945 daalam mencerdaskan kehidupan bangsa.Bahkan pendidikan swasta  terlebih dahulu menjangkau masyarakat yang kurang mampu.
Semoga pemerintah tidak akan mengesampingkan terhadap pengabdian dan peran lembaga pendidikan dibawah naungan non pemerintah. Dari realitas di atas maka penguatan menejemen lembaga pendidikan yang accuntabel dan transparan  sebagi hal yang mutlak harus dilakukan oleh YPI Hidayatul Mubtadiin dan Lembaga Pendidikan di bawah naungannya dari PAUD/RA,MI,MTs,MA, PonPes demi  terjaminnya keberlangsungan pendidikan yang dilaksanakan.
Memang hal ini cukup berat untuk dilakukan tapi ikhtiar untuk menuju manejemen yang accuntabel dan transparan harus dilakukan demi terjaminnya pelaksanana pembelajaran (pendidikan) baik dari kesejahteraan guru dan karyawan samapai pada terpenuhinya sarana dan prasara yang cukup memadai.
  1. Peningkatan Profesinalisme Guru. Profesionalisme guru menurut Undang-Undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005 merupakan manat undang undang yang harus dijalankan, niat baik pemerintah dalam rangka meningkatkan kwalitas pendidikan harus disambut dengan semangat (ghirroh) demi meninggkatkan harakat dan kwalitas pendidikan. Profesional harus dipahami sebagai dasar pijakan dan ruh bagi seorang guru (educator) dalam melaksakan tugas yang teramat mulia yaitu mendidik dan mengantarkan tunas-tunas bangsa yang religius penuh masa depan.Hal ini diperlukan kesadaran semua baik dari kepala madrasah sebagai supervisior dan guru sebagai educator. 

    Apalagi YPI Hidayatul Mubtadiin dan lembaga Pendidikannya yang hanya mengandalkan kepercayaan (trust) masyarakat untuk mendapatkan peserta didiknya. Profesionalisme harus menjadi denyut nadi dalam menggerakan dan melaksanakan tugas sebagai pendidik sehingga akan terbangun kepercayaan yang baik dari masyarakat terhadap lembaga pendidikan kita. Karena ada sinyalemen di berbagai daerah seperti yang disampaikan Kepala MAPENDA Kemenag kota Malang pada acara WISUDA PURNA SISWA-SANTRI YPI Hidayatul Mubtaddiin Tasikmadu 17 Juni 29011.”
Saking profesionalnya seorang guru sehingga yang mengajar cukup kopyahnya dan guru entah lari kemana”. Tentunya hal ini tidak terjadi dan jangan terjadi di lembaga kita tercinta.
  1. Pembelajaran yang Berorientasi pada Produktivitas Siswa dan Tujuan Pendidikan.
Seiring dengan profesionalisme guru, pembelajaran harus mengedepankan produktivitas (keaktifan) siswa dalam menyerap dan menginternalisasi (mengejawantahkan) nilai pembelajaran itu sendiri, sebab lembaga pendidikan yang bernaung di YPI Hidayatul Mubtadiin Tasikmadu adalah lembaga pendidikan Islam yang tentunya sarat dengan mata pelajaran agama. 
Dan mata pelajaran agama tidak cukup hanya dipahami sebagai proses pengajaran tapi harus diinternalisasikan (ejawantahkan) sebagai proses pendidikan dalam sikap prilaku (karakter) peserta didik. Sehingga antara Ilmu dan amal sholeh menjadi entitas dalam diri siswa yang tidak terpisahkan.
  1. Peningkatan Sarana dan prasarana yang harus memadai.
Sarana dan prasaran yang memadai dalam pendidikan harus diusahakan untuk dicukupi, karena akan mendukung terhadap proses pembelajaran yang kondusif. Akan tetapi memadai tidak harus mewah, memadai juga memerlukan kreatifitas guru dalam mencari alternatif lain dari alat peraga dan media dalam memahamkan peserta didik yang murah tapi up to date. Di sisi lain YPI Hidayatul Mubtadiin juga harus bahu membahu untuk menyediakan sarana dan prasarana yang mencukupi.
  1. Menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging)pada lembaga pendidikan dan Yayasan.
Menumbuhkan rasa memiliki terhadap lembaga atau yayasan sangat penting untuk selalu ditanamkan baik kepada siswa-santri, Kepala Lembaga (PAUD/RA,Madrasah PonPes), Guru/Asatid dan masyarakat. 

Bagaimanapun kehadiran lembaga pendidikan baik formal dan non formal di masyarakat sangat membutuhkan pengakuan dan kepercayaan masyarakat, mengingat masyarakat termasuk lingkungan pendidikan dan penanggungjawab (pelaksana) pendidikan selain pemerintah dan lembaga itu sendiri.
Bagaimana mungkin masyarakat akan percaya kalau loyalitas dan rasa memiliki (sense of belonging) pada lembaga dan yayasan tidak terbangun dari dalam lembaga itu sendiri baik kepala madrasah/PAUD RA dan Pondok Pesntrennya, serta Pendidik (Dewan Guru/Asatid).
C. Tantanga YPI Hidayatul Mubtadiin Ke depan.
Lembaga pendidikan dimanapun sekarang sedang berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik (unggul) baik prestasi akademik, maupun non akademiknya, maraknya inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran  yang diselenggarkan dewasa ini. Banyak lembaga lembaga pendidikan di sekitar kita yang sudah mulai berbenah untuk merebut kepercayaan dan simpati dari masyarakat.
Belum lagi lembaga pendidikan yang akan dan baru muncul di sekitar wilayah Tasikmadu baik dari tingkat PAUD,RA,SD,SMP,SMK. Kita harus siap untuk bersaing merebut kepercayaan dan simpati masyarakat pada lembaga yang kita miliki. karena sedikit banyakYPI Hidayatul Mubtadiin Tasikmadu sudah mempunyai basis pendidikan (masyarakat)dan pangsar pasar (uritan) yang jelas.
Disamping itu YPI Hidayatul Mubtadiin mempunyai pondok pesantren yang alumninya tersebar di pelosok nusantara, sehingga garapan kita harus sudah mendunia dengan memperluas wilayah garapan  dalam membangun kepercayaan masyarakat di luar Tasikmadu. Tentunya ini memerlukan kesadar dan kemauan bersama baik antara pengurus yayasan, para kepala lembaga dan Guru/Asatid.

D. Khotimah.
     Cepat atau lambat semua akan berubah, ini momentum yang sangat tepat untuk membuka diri, mengevaluasi diri, mengembangkan diri dan merubah dirinya sendiri untuk menjadi yang terbaik, sehingga yayasan dan lembaga Hidayatul Mubtadiin Tasikmadu akan lebih dipercaya lagi oleh masyarakat Tasikmadu dan sekitarnya sampai pelosok nusantara dan akan menyambung harapan serta doa pengasuh (Nyai Hj Umi Solicha Mahfdz) dari Madinatul Munawwaroh dan Makatul Mukarromah serta kehadiran dan doa Syeich Muhammad Ismail Al-Yamani dari Makkah (Khodimul ilmu sya’riah Makatul karromah)  yang hadir dan berdoa demi Yayasan lembaga pendidikan hidayatul Mubtadiin. Untuk kita semua. Amin-Amin yarobal alamiin

*adalah Sekretaris YPI Hid.Mubtadiin Ts. dan Pengajar di Univ. Yudharta Pasuruan

2 komentar:

  1. Memang butuh kesabaran dan kesadaran bersama, untuk membangun sebuah organisasi tau lembaga, yang penting ada goodwil yang jadi spirit bersama

    BalasHapus
  2. Heeebaaat, Siiip lah Pak. Hidup YPI HM. (alumni 2009)

    BalasHapus